Cari Blog Ini

Subscribe:

videovideo


Labels

Powered By Blogger

Kamis, 03 November 2011

AS Boikot UNESCO


AMERIKA Serikat (AS) terang-terangan tidak mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Negara yang menyebut diri sebagai polisi perdamaian dunia itu justru mereaksi keras keputusan UNESCO yang menerima Palestina sebagai anggota penuh.
Senin waktu setempat (31/10), Washington menghentikan bantuan finansial yang selama ini mengalir ke UNESCO. Dengan demikian, AS akan kehilangan hak suaranya pada organisasi PBB yang mengurusi pendidikan ilmiah dan budaya tersebut.

’’Seharusnya, kami memberikan bantuan senilai USD60 juta (sekitar Rp532,9 miliar) ke UNESCO pada November ini. Tetapi, kami tak akan melakukan itu,’’ kata Jubir Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland. Sesuai kesepakatan PBB, negara donatur yang tak melakukan pembayaran sampai maksimal dua tahun dari masa tenggat, akan kehilangan sejumlah hak di UNESCO.


    Terkait konsekuensi yang harus ditanggung AS jika menolak pembayaran dana bantuan tersebut, Presiden Barack Obama langsung berkonsultasi dengan Kongres AS. ’’Masuknya Palestina sebagai anggota UNESCO akan memicu perdebatan internal pemerintah (AS). Bisa jadi, AS akan terpaksa berhenti menjadi salah satu negara donatur UNESCO,’’ ujar Nuland.

Sejak 1990-an, Gedung Putih sepakat untuk tidak memberikan bantuan dalam bentuk apa pun kepada organisasi PBB mana pun yang menerima Palestina sebagai anggotanya. Sebagai sekutu dekat Israel, AS punya kebijakan yang sama dengan Negeri Yahudi itu terkait Palestina. Karenanya, Washington pun menyayangkan keputusan UNESCO yang menerima Palestina sebagai anggota penuh.

’’Masuknya Palestina sebagai anggota penuh UNESCO adalah keputusan yang terlalu tergesa-gesa. Dengan mengambil langkah tersebut, UNESCO telah meremehkan upaya damai yang sedang ditempuh AS dan Israel,’’ ungkapnya mengutip pernyataan resmi Gedung Putih.

Dengan menerima Palestina sebagai anggota penuh, imbuh Nuland, UNESCO juga mempertaruhkan perdamaian Timur Tengah.

Sebagai negara donatur, AS menanggung sekitar 22 persen anggaran belanja tahunan UNESCO. Jika dinominalkan, jumlahnya berkisar USD80 juta (sekitar Rp710,6 miliar). November nanti, AS seharusnya membayarkan sebagian besar dari total dana bantuan yang telah disepakati. Tetapi karena suaranya tak didengarkan UNESCO, maka AS mengancam tak akan memenuhi kewajiban tersebut.

Nuland menambahkan, langkah tegas AS itu akan membuat pemerintahan Obama kehilangan haknya sebagai pembuat keputusan. Selain tak akan memiliki suara lagi dalam organisasi tersebut, AS juga berpotensi kehilangan kepentingannya di UNESCO. ’’Kami tidak akan punya pengaruh lagi dan terpaksa menghentikan serangkaian kerja sama yang selama ini terjalin,’’ tuturnya.

Sebaliknya, UNESCO akan tetap bertahan tanpa AS. Meski negara adidaya itu menjadi salah satu penyandang dana terbesar, UNESCO bukan baru sekali ini mengalami boikot AS. Di masa pemerintahan mantan Presiden Ronald Reagan, AS juga pernah menarik diri dari UNESCO. Tetapi, dua tahun kemudian, AS di bawah kepemimpinan mantan Presiden George W. Bush kembali bergabung dengan UNESCO. (afp/ap/jpnn/c1/niz)
Sumber : http://www.radarlampung.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar